Demikian diungkapkan Dwi Harsono, MPA, MA dalam acara diskusi bulanan Forum Ilmu Sosial Transformatif (FISTRANS) Institute, Selasa (28/2) di ruang Ki Hajar Dewantara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY). Diskusi dengan tema “Pendekatan Baru Ilmu Sosial dalam Memahami Indonesia Kontemporer” tersebut dihadiri dekan, wakil dekan, dosen, dan mahasiswa di lingkungan FIS UNY.
Lanjut Dwi Harsono, analisis atas perilaku tidak hanya dilakukan pada level individu tapi bisa juga dilakukan terhadap organisasi ataupun kebijakan yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut. “Ruang lingkup analisis bukan hanya konteks (context) tapi juga tindakan (conduct) yang dilakukan sehingga ketika individu tersebut adalah aktor pembuat keputusan pada tingkat elit negara, maka analisis bergeser ke level negara. Konsekuensinya, struktur negara menjadi alat yang dapat digunakan oleh individu untuk mempengaruhi perilaku masyarakat melalui penggunaan institusi (rules and regulations),” jelas dosen Prodi Ilmu Administrasi Negara FIS UNY tersebut.
Pada kesempatan yang sama, M. Najib Asca, Ph.D berbicara tentang Passionate Politics: Pendekatan Baru dalam Studi Gerakan Sosial. “Pendekatan passionate politics merupakan kritik dan menjadi alternatif terhadap pendekatan hegemonik dalam studi gerakan sosial: struktural dan rasional,” papar dosen Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) di depan ratusan peserta diskusi.
Najib menambahkan studi gerakan sosial sebagai salah satu cabang sosiologi yang paling menarik dan dinamis dewasa ini karena menyediakan framework teoritis dan empiris untuk memahami aneka isu sosial kontemporer seperti: feminisme, hak-hak sipil, lingkungan hidup, media sosial, konflik komunal, hingga gerakan agama.
Melalui diskusi ilmiah yang digelar secara rutin tersebut, Dekan FIS UNY, Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., dalam sambutannya berharap agar kegiatan tersebut mampu menumbuhkan tradisi keilmuan di lingkungan akademisi FIS UNY. (Eko/nd)